Tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mengetahui bahwa seseorang itu adalah sahabat, saudara kita saat kita bertemu dengannya, berbicara langsung.
Tidak perlu memastikan dalam jangka waktu lama, ketika pertama kali kita bertemu. Karena ikatan persaudaraan itu (mungkin) kuat.
Wahai engkau yang telah menemukan tulang rusuk, dan melengkapi hidupmu. Hari ini engkau mengucapkan janjimu, di depan penghulu untuk dia yang engkau sebut k.a.m.u.
Untuk dia yang kau persembahkan puisi-puisi indah, meskipun yang kutahu engkau tak pernah tahu bagaimana rupa pelengkapmu.
Wahai engkau yang telah menyempurnakan agama, yang (dulu) setengah kini sempurna. Aku turut bahagia, atas pencaharian yang telah berakhir, semoga menjadikannya abadi.
Tidak ada lagi kalimat aku, kamu, diantara kalian melainkan ‘kita’.
Wahai engkau yang telah bersanding dengan dia yang kau sebut k.a.m.u. Meskipun aku tidak melihat bagaimana akadmu, tapi satu yang aku yakini bahwa engkau bahagia. Dan senyuman tidak pudar mulai hari ini, esok, dan (semoga) hingga maut memisahkan kalian berdua.
Semoga kini, hidupmu lebih bahagia mulai saat ini. Ini awal yang indah dan (akan) terus indah. InsyaAllah.
Dari seseorang engkau panggil Gwuh! 🙂
eh guh, dikau mo nikah nih bentar lagi?
enggak.. kata siapa, mbak?
itu buat mas toffan. haha…
aku liat aqadnya guh.. *ga ditekoni jaar..qiqi
saya gak bisa datang, soalnya Mas Tofan gak bayarin tiket Lombok – Jakarta sih. hahaha
daripada nggo mbayari teguh mending nggo mangkat hanimun ning lombok =)))
gak papa deh, kalo mau hanimun disini, tapi saya mau caw dari sini mei awal. huehe…